
Mendengar kata ini…pikiran saya teringat pada sebuah kostum kebesaran, berwarna gelap, lengkap dengan Topi…dan saat membahagiakan karena Toga dipakai saat seseorang menyelesaikan sebuah perjalananan studinya pada suatu jenjang.
Tapi….ketika saya memasuki dunia lain, mulai tahun 2001, (…dari dunia pengusaha ke dunia sosial kemasyarakatan, di PKK khususnya), Toga berarti lain. Ternyata TOGA adalah singkatan dari Tanaman Obat Keluarga. Beberapa kali saya mengikuti penyuluhan tentang Toga dari Dinas Kesehatan maupun Dinas Pertanian serta lembaga lain tentang pentingnya Toga. Dalam hati saya bertanya, “…halaaaah…opo maneh iki..yang kemarin saja, tentang posyandu, tentang Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga lansia dan istilah-istilah Bumil (Ibu Hamil), Bufas (Ibu Nifas), PUS, WUS…dll akeh banget belum jelas dan tidak hafal je… sudah harus belajar lagi..”. Ternyata lagi…di PKK… buanyaak yang harus dipelajari, saya jadi rumangsa Bodo tenaaan… pinternya cuma jualan, jualan batik, jualan baju muslim, jualan jasa perawatan, dan lain-lain..
Nah, beberapa waktu yang lalu... kebijakan akan obat generik, juga asuransi kesehatan/jaminan kesehatan untuk masyarakat Miskin masih belum jelas dan kurang disosialisasikan, sehingga obat-obatan alternatif yang berasal dari Tanaman Obat Keluarga (TOGA), yang bisa ditanam sendiri dengan lahan terbatas menjadi anjuran secara terus-menerus. Minimal bisa mengurangi biaya obat-obatan ketika sakit. Sakit yang ringan bisa dikurangi dengan mengkonsumsi tanaman obat. Saat ini berbeda, karena bu Men Kes, punya kebijakan Obat generik murah…serba Seribu…Rp.1000. kebijakan yang pro rakyat... (tapi saya pun belum pernah ikut mengevaluasinya, seberapa jauh dampak positipnya).
Sebetulnya kalau dipikir-pikir… kakek nenek buyut kita, yang hidup dimasa lampau, sangat lekat dengan obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman di sekitar kita. Produk akhirnya berupa jamu godokan, jamu yang diproses lalu dikonsumsi maupun jamu yang sudah menjadi serbuk. Beberapa perusahaan jamu tradisional yang cukup maju ditanah air telah berhasil memasarkan ke seluruh pelosok dan bahkan ke negara tetangga. Ya…jelaas, mereka punya anggaran untuk penelitian… sehingga konsumen akan percaya keamanan produk tersebut, walaupun tidak semua orang cocok.
Buku-buku tentang Toga bermunculan, produksi obat-obatan herbal semakin marak…minat masyarakat untuk menanam tanaman obat juga bertambah. Termasuk saya sendiri membeli, menanam beberapa jenis tanaman obat, dengan niat ikut ngombyongi dan mencocokkan dengan beberapa penelitian… baik tingkat lokal maupun nasional. Setiap kali ada iklan tentang produk herbal dan khasiat tanaman obat, saya selalu berpikir… seberapa manfaat dan bukti keberhasilannya ya… karena tiap jenis yang ditawarkan mengandung khasiat tertentu yang berbeda. Dan seberapa aman ya…?? Jangan-jangan ada efek samping… Waaah jadi nggak pede nih kalo kasih info ke warga..
Saat ini…dari negara tetangga, terutama Cina, bahkan negara besar memasarkan produk hasil olahan tanaman obat menjadi produk -roduk kesehatan yang cukup menarik, baik kemasan, khasiat, cara pemasaran maupun harganya yang bervariasi. Ada yang sangat mahal, satu botol kok Rp 1.000.000,-... ada yang mengharuskan untuk mengkonsumsi dalam waktu yang lama… Jadi…?? Beliii teruus….. , seperti food supplement. “Waah..memang Indonesia itu pasar yang sangat maniiis.. apa-apa laku, berapa harganya juga laku… apalagi iklannya Heboh, manfaatnya ada…, waaah…pasti deh pada beli…”, begitu kata seorang teman yang sukses pada binis MLM.
Lha…trus yang pada sulit-sulit menanam Tanaman Obat Keluarga..TOGA…untuk apa ya.?? dan nasibnya bagaimana….?? Ketika saya keliling kampung, hampir semua rumah menanam baik pada pot maupun tanah, dan ketika ada lomba antar kelurahan, halaman yang ditanami TOGA punya point nilai sendiri. Walaupun di dalam hati, ketika lomba-lomba berlangsung, saya sering tidak setuju, saya khawatir budayanya cuma berhenti pada lomba…setelah lomba..menang…3 bulan lagi BUBAR... Lho….?? kok tidak jadi perilaku ya..?? Pokoknya terus saja menanam, termasuk TOGA karena semua ada manfaatnya..perkara khasiatnya, biar para ahli yang meneliti…kita tunggu.
Ternyata sahabat... Indonesia sangat kaya dengan tanaman obat. Lihat saja…, ada lidah buaya yang bisa menurunkan asam urat dan untuk sariawan serta vitamin rambut, binahong untuk obat luka, darah tinggi, daun kepel direbus untuk mengurangi asam urat, kaktus entong untuk mengurangi batuk, sirih merah untuk diabetes, sirih hijau untuk mengurangi batuk dan anti septik, jeruk purut…buah dan daunnya berguna untuk aroma terapi. Nah…, itu saja yang sempat saya tanam di halaman rumah pribadi, kalau kita cermati lagi sangat banyak jenis-jenis yang lain dengan berbagai khasiat.
Yang paling penting adalah….bagaimana mensosialisasikan khasiat, cara mengkonsumsi, juga hasil penelitian terhadap TOGA tersebut,a gar pengguna tanaman obat tersebut merasa aman sekaligus terbantu menghemat biaya pengobatan. Karena yang terjadi saat ini, ketika tanaman obat tersedia di halaman masing-masing, tetapi belum tersedia referensi dan buku yang cukup serta hasil penelitian tentang manfaat tanaman tersebut dalam bentuk sederhana, sehingga masih terjadi keraguan untuk mengkonsumsinya.
Saya menyadari…bahwa untuk sebuah penelitian butuh biaya yang sangat mahal, oleh karenanya kerja sama antar Lembaga, Perguruan Tinggi, pemerintah, BPOM, organisasi kemasyarakatan sangat diharapkan, agar produk Tanaman Obat Indonesia…memperoleh kepercayaan (sama levelnya dengan produk Cina… karena sampai hari ini mereka leader dan dipercaya), sehingga memberi hasil guna bagi yang menanam maupun yang mengkonsumsinya. Bukan rahasia lagi….obat-obatan KIMIA…sangaat mahal.. kalo toh murah…Generik… masyarakat terlanjur kurang percaya… Ono REGA ono RUPO....katanya. Sing larang bikin sugesti mantep untuk sembuh. Walaupun saya setuju bahwa obat terbesar dari sakit adalah semangat untuk sembuh, serta upaya pengobatan.
(Sumber : http://dyahsuminar.com)
lanjutkan »»